Sunday, October 30, 2011

Selamat Jalan Nyak Nek Fatimah

Pagi ini, lagi-lagi aku tidak bisa tidur walau sudah berusaha memejamkan mata dan menenangkan pikiran sejenak atas segala beban pikiran yang masih bergejolak di benakku. Jarum jam telah menunjukkan pukul 02.00 WIB, suasana di sekitar terasa hening karena sebagian besar anak manusia sudah tertidur pulas dengan berbagai mimpi indahnya. Mungkin itu tidak berlaku bagiku saat ini karena pikiranku tengah jauh melayang ke kampung halaman yang sedang berselimutkan nuansa duka setelah kepergian nenekku tercinta selama-lamanya.

Nyak Nek Fatimah, iya... begitulah sapaanku kepada seorang nenek yang sangat aku hormati dan aku sayangi sepanjang hidup ku yang telah memberikan cinta serta kasih sayang dengan rasa tulus kepadaku selama ini. Di saat pergantiaan hari Senin, tanggal 24 Oktober 2011 tepatnya pada pukul 00.01 WIB, Nyak Nek Fatimah mengembuskan nafas terakhirnya di rumah yang selama ini ditempatinya, serta di atas kasur yang telah setia menemani tidur beliau. Beliau meninggal dengan tenang setelah selama beberapa minggu belakangan ini mengalami sakit-sakitan yang tak kunjung sembuh, sampai akhirnya Allah SWT memanggil Nyak Nek Fatimah untuk menemani Pak Nek Zainal yang telah berpulang ke rahmatullah sejak tahun 2003 silam.

Jujur... tidak tahu mengapa, pada malam itu aku tidak bisa tidur sampai subuh karena perasaanku resah dan gelisah, bahkan sampai siang hari pun aku tidak bisa memejamkan mata untuk tidur walau hanya sejenak saja. Akhirnya, aku baru bisa tidur setelah ashar pada pukul 15.00 WIB sore. Sebelumnya, aku tidak pernah merasakan perasaan yang begitu bergejolak seperti ini selama tinggal di kota Yogyakarta. Hanya sebentar saja aku bisa tidur dan tidak lama kemudian aku bangun untuk mandi karena Magrib akan segera tiba. Setelah Magrib aku mengambil Hp untuk mengecek mention di twitter ku. Namun, aku melihat ada SMS dari Ibu di kampung yang memberitahukan bahwa Nyak Nek Fatimah telah meninggal. Ternyata, seluruh kegelisahanku pada malam itu terjawab sudah, semuanya merupakan suatu pertanda bahwa Nyak Nek Fatimah telah berpulang ke rahmatullah untuk selama-lamanya.

Aku mendapatkan kabar mengenai kepergian Nyak Nek dari Ibu di kampung via SMS yang dikirimkan beberapa saat setelah Nyak Nek meninggal. Namun sayangnya, pesan yang dikirimkan oleh Ibu ku tersebut baru aku baca pada pukul 18.00 WIB setelah Magrib . Antara percaya dan tidak percaya aku membaca SMS yang dikirimkan oleh Ibu di kampung. Pada tulisan ini, aku tidak akan memaparkan lebih lanjut dan detail mengenai apa saja yang aku alami dan rasakan setelah mengetahui kabar bahwa Nyak Nek Fatimah telah tiada. I think my feeling isn't good :( 

Setelah agak tenang dan meluapkan kesedihan, menjelang adzan Insya aku menghubungi Ibu di kampung halaman untuk menanyakan keadaan beliau bersama keluarga lainnya. Pertama mendengar suara Ibu, aku dapat merasakan kalau beliau sangat sedih atas kepergian Nyak Nek. Aku tahu, Ibu mencoba menahan rasa sedihnya untuk tidak menangis dan ketika berbicara via telepon dengan ku selalu bernada agak sedikit tertawa, itu semua karena beliau ingin menghibur hatinya dan berusaha menyembunyikan rasa duka yang amat mendalam dariku. Ibu ku memang wanita yang kuat dan tangguh dalam menghadapi segala ujian hidup, terbukti ketika ayah dan nenek ku meninggal beliau tetap terlihat tegar menghadapinya tanpa mengeluh sedikitpun.

Dari penjelasan Ibu di telepon, aku dapat mengetahui bahwa Nyak Nek dimandikan oleh anak-anaknya dan shalat jenazah berjamaah dipimpin langsung oleh satu-satunya anak lelaki beliau yaitu pamanku Basri bin Zainal. Nyak Nek dikebumikan tidak bersebelahan dengan makam Pak Nek Zainal karena lahan tersebut sudah penuh, sehingga keluarga mencari alternatif lain untuk mengkebumikan Nyak Nek di suatu tempat terpisah. Memang lahan pemakaman tempat Pak Nek Zainal dikebumikan tidak begitu luas, sehingga sangat terbatas untuk membuka makam baru. 

Aku sangat sedih karena tidak bisa melaksanakan dan menyaksikan prosesi kepergian Nyak Nek untuk kembali ke rahmatullah, seperti menshalatkan dan juga memakamkan jenazah. Ternyata bukan aku saja yang tidak bisa melihat jenazah Nyak Nek, tetapi masih ada beberapa saudara sepupuku lainnya yang tidak sedang berada di kampung halaman. Kami semua sedang berada di perantauan, namun di antara semua sepupuku hanya aku lah yang sedang berada jauh dari kampung halaman.

Bagiku, Nyak Nek Fatimah merupakan seorang nenek yang mampu memberikan inspirasi dan juga semangat kepadaku dalam menjalani hari-hari setelah ayah tiada sejak tahun 2004 silam. Beliau acap kali memberikan arahan dan juga wejangan yang bernilai positif kepadaku di saat aku sedang berlibur di kampung halaman. Inilah yang sangat berkesan bagiku karena banyak sekali pengetahuan yang dapat aku petik dari setiap ucapan yang beliau sampaikan. Walau kesehatan beliau begitu labil, namun Nyak Nek tetap semangat untuk menceritakan sejarah perjalanan hidupnya dalam menyekolahkan seluruh anak-anaknya sehingga menjadi orang yang berhasil.

Setelah kepergian Nyak Nek, aku akan merindukan setiap nasehat dan juga petuah yang beliau sampaikan di kala kami sedang duduk berdua sambil minum teh. Hanya foto wajah beliau yang selalu ku pandangi dan masih ku simpan di laptop ku saat ini. Yaa... paling tidak dapat sedikit mengobati rasa rinduku pada Nyak Nek Fatimah yang telah kembali ke rahmatullah. Terakhir kali aku melihat wajah Nyak Nek secara langsung, yaitu di saat aku meminta maaf dengan mencium tangan beliau sebelum aku berangkat kembali ke Yogyakarta pada bulan Januari tahun 2011 untuk melanjutkan pendidikan. Namun, suara Nyak Nek masih sempat aku dengarkan beberapa waktu lalu ketika aku menelepon di saat beliau sedang sakit keras. Untuk postingan mengenai kondisi Nyak Nek di saat beliau sedang sakit keras tersebut pernah aku buat tulisan pada halaman ini.
Selamat jalan Nyak Nek Fatimah, you are an inspiration to me. I promise... I will become a better person for to keep and save my mother. Always miss you, may you rest in there along with Pak Nek Zainal forever. Miss you, miss you and miss you so much my love grandmother. //Jogja, 26 Oktober 2011

No comments: