Sunday, October 30, 2011

Pernikahan yang tertunda

Hemm, sudah lama sekali rasanya saya tidak memposting tulisan pada website ini, bukan karena saya tidak bisa mengakses internet dan juga tidak punya perangkat komputer, tetapi karena saya rada-rada malas dan juga sibuk *
hallah sok sibuk
*. By the way, terakhir kali saya memposting tulisan di website ini yaitu pada bulan Juli tahun lalu tepatnya pada tahun 2010. Nah, hitung sendiri aja wongsekarang udah masuk akhir bulan Oktober tahun 2011. Sudah setahun lebih website ini terbengkalai tak terjamah karena kesibukan saya sehari-hari, sehingga membuat otak ini cukup lelah untuk berfikir dalam menuliskan kata-kata yang tepat pada setiap postingan*
hallah nyari-nyari alasan
*
Beberapa waktu belakangan ini, pikiran saya selalu dibayang-bayangi oleh 2 kata yaitu : "sekolah" dan "menikah". Kata tersebut memang sangat menyenangkan bagi sebagian kalangan, apalagi kata "menikah" memang suatu hal yang memang dinanti-nantikan oleh semua orang terutama anak muda. Bagi saya pribadi, kedua kata tersebut menjadi sebuah momok yang cukup hebat melintas di pikiran saya baik siang dan malam sampai-sampai membuat berat badan saya semakin bertambah *
lhoo apa hubungannya gan
*. Bagaimana tidak bertambah, kalau pikiran lagi mumet dan juga stress yaa pelampiasannya pasti lari ke makanan. Apalagi kalau makan makanan yang berlemak dengan tingkat kalori yang sangat tinggi, sudah dapat dipastikan berat badan akan drastis naik mencapai puluhan kilo gram. Gak usah contohin jauh-jauh lah, contohnya yaa orang yang sedang nulis ini naik drastis dari 75 kg menjadi 100 kg hanya dalam jangka waktu 10 bulan saja. Heuheuheu :D
Pikiran saya semakin menjadi-jadi setiap menerima telepon dari Ibu di kampung yang selalu menanyakan "kapan selesai kuliah dan kapan rencana menikah? Apakah sudah dapat calon selama tinggal di Jogja?". Untuk pertama kalinya, memang pertanyaan tersebut tidak saya anggap serius dan saya berfikir mungkin Ibu hanya ingin bercanda saja dengan anak laki-lakinya yang sedang tinggal jauh di perantauan. Namun, lama kelamaan kata-kata tersebut semakin membayangi pikiran saya sehingga membuat makan tak enak tidur pun tak nyenyak. *
kok makin gemuk? seharusnya makin kurus dong
*. Seperti yang saya jelaskan sebelumnya, bahwa tingkat stress yang tinggi memang memiliki hubungan yang sangat erat dengan kenaikan berat badan, terutama masyarakat Indonesia yang dominannya mengkonsumsi makanan berlemak dan juga tinggi kalori.
Ibu selalu mempertanyakan mengenai rencana pernikahan saya tersebut bukan tanpa alasan yang kuat, mengingat umur saya yang sudah berkepala dua dan tidak lama lagi akan segera menyandang gelar S2. Di tambah lagi dengan Nyak Wa yang tinggal Lancang Barat, telah mempersiapkan calon istri untuk saya nikahi jika saya pulang ke kampung halaman nantinya. Benar-benar mumetndasku, kalau harus menikah di saat diriku masih ingin hidup bebas tanpa terikat dengan tanggung jawab sebagai seorang suami yang memiliki kewajiban untuk membimbing istri menjadi salah seorang bidadari yang dicintai oleh Allah SWT.
Di samping itu, saya juga merasa belum siap secara lahir batin untuk menikah karena masih ingin memantapkan karir di bidang pendidikan serta ingin mengumpulkan modal yang cukup untuk melangsungkan pernikahan nantinya. Jujur dari hati saya yang paling dalam, untuk prosesi akad nikah sampai dengan prosesi resepsi perkawinan nantinya, saya ingin menggunakan modal dari hasil kerja keras saya sendiri dan tidak ingin membebani seluruh biaya kepada Ibu (ayah saya sudah almarhum). Sudah cukup rasanya Ibu berkorban terlalu banyak dan memberikan cinta serta kasih sayangnya yang tulus kepada saya, sehingga saya tidak ingin membebani Ibu dengan mengurus segala macam untuk biaya prosesi pernikahan saya.
Ketidaksiapan saya untuk berkeluarga bukan sekedar untuk mencari-cari alasan semata, tetapi saya tidak ingin terburu-buru untuk menjalani itu semuanya. Masih banyak hal yang perlu difikirkan secara matang, serta masih adanya suatu keinginan untuk melaksanakan beberapa rencana di masa yang akan datang dan telah menjadi priorotas utama dalam hidup saya. Mengenai rencana saya tersebut tidak akan saya jelaskan pada tulisan ini, biarlah saya dan Allah yang mengetahuinya.
Setelah membaca tulisan saya di atas, mungkin sebagian dari anda akan berfikir "di suruh kawin aja kok repot, bego amat ni orang". Yaa mau gimana lagi, wong saya memang belum ada niat sedikitpun untuk menjalani tahap tersebut karena masih ada tanggung jawab lainnya yang lebih penting dan harus segera saya tunaikan secepatnya. Maafkan saya wahai Ibu, saat ini saya belum bisa memenuhi permintaan Ibu untuk segera menikah dan memberikan cucu. Saya yakin, suatu hari nanti Ibu akan mengerti mengenai alasan saya ini.

//Jogja, 30 September 2011

No comments: